Kekalahan Jepang dari Kroasia dalam beradu penalti dan kekalahan 4-1 Korea Selatan dari Brasil sudah akhiri perjalanan Piala Dunia mereka.
Kekalahan beradu penalti Jepang dari Kroasia dituruti oleh kemenangan kompak 4-1 Brasil atas Korea Selatan sudah akhiri keinginan Asia di Piala Dunia di Qatar.
Kekalahan awalnya oleh Australia dari Argentina di set 16 besar membuat ke-3 team Federasi Sepak Bola Asia sekarang tersisih di set mekanisme luruh pertama Piala Dunia.
Tetapi Samurai Biru dan Prajurit Taegeuk banyak memiliki hal yang dapat dibanggakan, tidak kecuali kekalahan mengagetkan Jepang dalam memenangi laga menantang kelas berat Eropa Jerman (2-1) dan Spanyol (2-1) di sesi kualifikasi group, dan Korea Selatan yang mengagumkan 2- 1 kemenangannya pada Portugal.
Organisasi informasi Nikkei Asia Jepang memvisualisasikan laga hari Senin sebagai “salah satunya malam paling besar dalam sepak bola Asia sepanjang dua dasawarsa” dan kantor informasi Korea Selatan Yonhap menulis mengenai perjalanan yang mustahil dari timnas ke set mekanisme luruh Piala Dunia dalam apa yang terjadi. sebuah “cerita tidak diunggulkan yang tidak terlewatkan”.
Pada akhirannya, ke-2 kampanye pemberani itu usai karena raksasa sepak bola Asia Timur itu tidak sanggup meluncur ke perempat final.
Jepang sudah capai set mekanisme luruh group pertama dari 16 3x dalam enam perjalanan ke perputaran final Piala Dunia tapi tak pernah mengambil langkah lebih jauh, kondisi pelatih Jepang Hajime Moriyasu sudah memiliki komitmen pemainnya untuk membenahi di Qatar walau hasil seimbang yang susah di set group.
Sebagai juara group di Qatar dan menaklukkan dua bekas juara dunia dalam prosesnya, Jepang bisa lolos untuk hadapi team jalanan Kroasia di hari Senin dan sesudah 120 menit bermain dan bermain seri 1-1, Jepang terganggu dan kalah 3-1 lewat beradu penalti.
Baca Juga : Bermain Mesin Slot Yang Sangat Menguntungkan
“Saya pikir penyesalan yang kami rasakan atas kekalahan ini akan hasilkan suatu hal yang lebih bagus di beberapa tahun kedepan,” kata fullback Yuto Nagatomo, yang mainkan Piala Dunia ke-4 dan kemungkinan terakhir kalinya.
“Kami sanggup memperlihatkan semangat juang rakyat Jepang. Susah untuk kalah tetapi sepak bola Jepang tidak disangsikan kembali membuat perkembangan,” ucapnya.
Pelatih Moriyasu coba melunakkan pukulan kekalahan KO yang lain, dengan menjelaskan team sudah masuk “zaman baru”.
“Kita tidak menjadi pahlawan super sekalian,” kata Moriyasu. “Kami harus tingkatkan langkah setiap langkah. Tetapi Jepang capai tingkat di mana kami dapat bermain di pentas dunia.”
“Beberapa pemain ini bisa sama-sama bertemu dengan siapa saja saat ini dan optimis pada siapakah yang kami taklukkan,” ucapnya.
Moriyasu bicara ke teamnya di lapangan tengah sesudah kalah atas Kroasia. Beberapa pemain melorot di tanah, lainnya menangis, dan semuanya orang melipur siapa saja yang ada dalam capaian.
“Walau hasilnya tidak sama seperti yang kami harap, saya menjelaskan ke mereka (beberapa pemain) jika itu tidak menghapus semuanya yang mereka kerjakan,” kata Moriyasu setelah itu.
“Tetapi kami tidak dapat tembus set 16 besar dan menyaksikan panorama baru.”
Moriyasu beri pujian penjaga gawang Kroasia Dominik Livakovic yang hentikan tiga shooting penalti Jepang dalam beradu penalti.
“Kami harus terima hasil ini,” kata si pelatih. “Tetapi apa kita berserah pada penekanan, saya pikir tidak. Saya berpikir kiper itu luar biasa.”
Ketidakberhasilan itu langsung disikapi penjaga gawang Jepang Shuichi Gonda.
“Kami tidak berhasil,” ucapnya. “Kami lakukan semuanya yang kami dapat sepanjang empat tahun akhir.”
‘Mereka memberi segalanya’
Son Heung-min dari Korea Selatan – mega-bintang dari Liga Premier Inggris dan pemain Asia terbaik di dunia – menjelaskan teamnya “memberi segala hal” dalam pertarungan menantang Brasil, tapi itu kurang cukup.
“Brasil ialah favorite, saksikan beberapa pemain mereka. Bila Anda memberikan mereka ruangan, mereka cetak gol, “kata Son, yang sembuh on time dari patah rongga mata untuk tampil di Qatar, kenakan masker membuat perlindungan mukanya sepanjang laga.
“Saya benar-benar senang dengan yang sudah kami kerjakan dan saya tidak mau mempersalahkan pemain kami karena mereka sudah memberi segala hal,” ucapnya.
Sebagai tuan-rumah Piala Dunia bersama Jepang di tahun 2002, Korea Selatan capai semi-final di bawah bimbingan pelatih Belanda Guus Hiddink. Tahun itu team dan turun dalam riwayat sepak bola sebagai team pertama di luar Eropa dan Amerika yang capai empat besar.
Pelatih Korea Selatan asal Portugal, Paulo Bento, sudah menahan harapan bahkan juga saat sebelum laga pertama di Qatar, tidak mau memberatkan teamnya dengan penekanan harus maju ke mekanisme luruh sesudah 3x tersisih di sesi kualifikasi group di kompetisi Piala Dunia awalnya.
“Saya yakin keterlibatan kami di Piala Dunia sudah usai secara benar-benar adil,” kata Bento sesudah laga Brasil, di mana dia memperjelas jika dia akan tinggalkan peranannya sebagai pelatih team Korea.
“Saya harus mengucapkan terima kasih ke mereka untuk semua, mereka memberi yang terbaik. Saya senang jadi manager mereka,” kata Bento yang memegang semenjak 2018.
Walau mimpi mereka untuk memenangi Piala Dunia sudah usai, beberapa simpatisan Korea Selatan menjelaskan jika mereka senang dengan perolehan team mereka.
Beberapa ribu fans di Seoul terjang dingin dan salju pada pagi hari Selasa pagi untuk melihat laga Piala Dunia team mereka usai dengan kemenangan 4-1 untuk Brasil. Kantor informasi Korea Selatan Yonhap memberikan laporan jika keramaian memiliki 33.000 fans mendatangi acara pesta melihat laga di luar ruang di pusat perkotaan, walau salju turun dan temperatur turun di bawah 0 (32 derajat Fahrenheit).
“Hasilnya tidak penting,” kata pelajar berumur 22 tahun Lee Hyun-seo ke Associated Press pada acara luar ruang.
“Terima kasih ke beberapa pemain kami, benar-benar kece dan senang dapat capai set 16 besar.”
Kim Jae-cheol, 25, pelajar lain pada acara itu, menjelaskan kemenangan team Brasil diharap dan kekalahan tidak kurangi support untuk team Korea Selatan.
“Saya terus akan memberikan dukungan team Korea dan saya berpikir kami akan lolos ke perempat final dan semi final satu hari jika nanti kami terus mainkan style kami.”
Comments (3)